Jelang 'Black Friday', Wall Street Berharap Cuan Sektor Ritel
Investor Wall Street berharap pada sektor konsumsi lantaran Black Friday bisa berjalan di tengah pelonggaran mobilitas.
IDXChannel - Indeks bursa Wall Street Amerika Serikat akan menyambut periode belanja massal 'Black Friday' pada akhir pekan depan atau tepatnya Jumat (25/11). Investor pun berharap pada sektor konsumsi lantaran agenda akbar tahun ini berjalan di tengah pelonggaran mobilitas.
Pada akhir minggu ini, ketiga indeks Wall Street berakhir menguat di tengah harapan pasar bahwa laju suku bunga bank sentral akan melandai pada bulan depan.
Dow Jones Industrial Average berakhir menguat 0,59% menjadi 33.745,69, S&P 500 melonjak 0,48% di 3.965,34, sedangkan Nasdaq Composite tumbuh 0,01% di level 11.146,06.
Secara fundamental, kondisi makro AS baru saja menunjukkan ada pemulihan dari sisi konsumsi. Hal itu terlihat dari penjualan ritel yang menguat 1,3% pada Oktober 2022, setelah datar di bulan September.
Daya beli masyarakat dinilai masih cukup atraktif mendukung geliat ekonomi pasar, meski tren suku bunga terus meningkat yang menimbulkan kekhawatiran atas resesi.
Namun, agenda Black Friday pada tahun ini dipandang akan terkena imbas beban bunga yang tinggi, sehingga ditakutkan akan berdampak terhadap penurunan daya beli.
"Sektor konsumsi telah menjadi pilar kekuatan pasar tahun ini, tetapi karena suku bunga terus meningkat, dan pasar tenaga kerja melambat, maka para konsumen bisa saja menarik kembali pengeluaran mereka," tulis riset ekonom Morgan Stanley, dilansir Reuters, Minggu (20/11/2022).
Sejumlah perusahaan ritel tampak mengalami tekanan cukup signifikan pada pekan ini, seperti Target, Walmart, hingga Nordstrom. Analis memandang sektor konsumsi masih belum dapat dijadikan pijakan pada pekan depan lantaran terbebani oleh sentimen suku bunga.
Pada saat yang sama, tanda-tanda penguatan konsumen juga dipandang akan semakin mendongkrak laju inflasi. Hal ini dikhawatirkan akan menjadi catatan The Fed untuk tetap berada pada kebijakan suku bunga agresifnya.
"Kita masih cukup khawatir atas inflasi sepanjang tahun ini, tetapi konsumen (di AS) masih bertahan cukup baik sejauh ini," kata analis Raymond James, Bobby Griffin.
(FRI)