MARKET NEWS

Pendapatan Turun, Garuda (GIAA) Catat Rugi hingga Rp5,57 T di Kuartal I-2021

Aditya Pratama 02/08/2021 13:22 WIB

GIAA mencatatkan kenaikan rugi bersih pada kuartal I-2021. Pada laporan keuangan per 31 Maret 2021, Perseroan mencatatkan rugi sebesar USD384,34 juta.

Pendapatan Turun, Garuda (GIAA) Catat Rugi hingga Rp5,57 T di Kuartal I-2021

IDXChannel - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatatkan kenaikan rugi bersih pada kuartal I-2021. Pada laporan keuangan per 31 Maret 2021, Perseroan mencatatkan rugi sebesar USD384,34 juta atau setara dengan Rp5,57 triliun, naik 219,86 persen dari 31 Maret 2020 sebesar USD120,16 juta.

Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar USD353,07 juta atau turun 54,03 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD768,12 juta dengan rugi per saham dasar USD0,01485.

Adapun pendapatan usaha Perseroan terdiri atas penerbangan berjadwal, penerbangan tidak berjadwal, dann lainnya. Penerbangan berjadwal menyumbang terbesar ke pendapatan sebesar USD278,22 juta atau lebih rendah dari sebelumnya USD654,52 juta.

Kemudian, penerbangan tidak terjadwal tercatat USD22,78 juta atau lebih tinggi dari sebelumnya USD5,31 juta, dan lainnya tercatat USD52,06 juta atau lebih rendah dari sebelumnya USD108,27 juta.

GIAA mencatatkan adanya kenaikan beban pemeliharaan dan perbaikan di kuartal I-2021 menjadi USD159,73 juta dibanding periode yang sama tahun lalu USD128,52 juta. Sementara itu, beban operasional penerbangan turun menjadi USD392,25 juta dari sebelumnya USD525,65 juta, dan beban umum dan administrasi turun menjadi USD46,25 juta dari sebelumnya USD72,45 juta.

Manajemen Garuda menjelaskan, Grup mengalami kerugian sebesar USD385,4 juta dan liabilitas jangka pendek Grup melebihi aset lancarnya sejumlah USD4,07 miliar dan Grup mengalami defisiensi ekuitas sebesar USD2,32 miliar.

Pandemi Covid-19, diikuti dengan pembatasan perjalanan, telah menyebabkan penurunan perjalanan
udara yang signifikan, dan memiliki dampak buruk pada operasi dan likuiditas Grup.

Sebagai bagian dari usaha berkesinambungan untuk menghadapi dan mengelola kondisi diatas, Grup
mengambil langkah-langkah yang telah dan akan dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai berikut:

1. Optimalisasi pendapatan penumpang berjadwal baik rute domestik dan internasional melalui optimalisasi produksi serta strategi dynamic pricing;

2. Meningkatkan pendapatan kargo berjadwal, salah satunya dengan melakukan penerbangan cargo only
selama masa pandemi untuk mengkompensasi penurunan pendapatan dari penumpang sesuai dengan peraturan yang berlaku;

3. Menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit;

4. Rightsizing untuk meningkatkan margin di rute-rute potensial;

5. Meningkatkan charter revenue yang berkelanjutan dengan membuat kerjasama kemitraan jangka pendek
dan jangka panjang;

6. Menerapkan protokol COVID-19 pada seluruh titik layanan Garuda Indonesia (Cleanliness, Safety and Healthiness), serta melakukan campaign melalui social media;

7. Meningkatkan arus kas dengan mengganti cadangan pemeliharaan dengan jaminan pembayaran (SBLC) dari pihak perbankan;

8. Secara aktif mencari alternatif pendanaan terkait utang dan pinjaman yang akan jatuh tempo;

9. Sinergi Garuda Indonesia Grup melalui keselarasan rute dan penetapan jadwal penerbangan yang disesuaikan dengan permintaan pasar; dan

10. Melakukan negosiasi dengan lessor terkait penurunan biaya sewa pesawat, penundaan kedatangan pesawat baru, maupun opsi early redelivery pesawat.

Namun demikian, keterlaksanaan dan efektivitas rencana manajemen dalam memperbaiki kondisi keuangan Grup akan tergantung pada asumsi-asumsi berikut:
- bahwa kreditur akan menyetujui relaksasi pembayaran utang.
- bahwa lessor akan menyetujui untuk negosiasi restrukturisasi kewajiban sewa.
- kemampuan Grup melakukan rasionalisasi positif jumlah dan biaya karyawan sesuai dengan rencana jangka panjang Grup.
- bahwa pemegang saham akan terus memberikan dukungan finansial kepada Grup.
- bahwa Direktorat Jenderal Pajak akan menyetujui relaksasi pembayaran kewajiban perpajakan Grup.

Jika Grup tidak dapat merealisasikan rencana dan tindakan yang disebutkan di atas, Grup mungkin tidak dapat terus beroperasi sebagai kelangsungan usaha. Laporan keuangan konsolidasian ini tidak mencerminkan penyesuaian yang diperlukan jika Grup tidak dapat melanjutkan kelangsungan usahanya.

Kas bersih digunakan untuk aktivitas operasi tercatat USD34,76 juta, kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi tercatat USD98,12 juta, dan kas bersih diperoleh dari aktivitas pendanaan tercatat USD100,90 juta.

Garuda Indonesia mencatatkan liabilitas sebesar USD12,90 miliar dan ekuitas minus USD2,32 miliar. Adapun total aset perseroan turun menjadi USD10,57 miliar dibanding tahun 2020 sebesar USD10,78 miliar. (NDA)

SHARE