Sektor Business Banking mencatat pertumbuhan 10,3% YoY menjadi Rp532,2 triliun. Rinciannya, pertumbuhan dari segmen tersebut didorong oleh segmen Korporasi Blue Chip yang tumbuh 28,9% YoY menjadi Rp232,7 triliun.
Selain itu, segmen Large Commercial meningkat 29,9% YoY menjadi Rp53,1 triliun; segmen kecil terutama Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 19,8% YoY menjadi Rp52,7 triliun.
Sementara di sektor Consumer Banking, Kredit Payroll masih menjadi fokus dengan pertumbuhan 20,3% YoY menjadi Rp43,1 triliun. Diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh 7,9% YoY menjadi Rp53,5 triliun, sehingga secara keseluruhan, kredit konsumer tumbuh 11,2% YoY menjadi Rp110,1 triliun.
BNI juga melihat debitur yang terdampak pandemi terus mengalami pemulihan. Hal ini berdampak positif pada portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 yang hingga akhir 2022 tersisa Rp49,6 triliun, turun 31,2% YoY. Rasio Loan At Risk (LaR) ikut membaik menjadi 16%, dibandingkan 2021 yang berada di posisi 23,3%.
“Tentunya untuk tahun ini, kami menargetkan kualitas aset yang lebih baik lagi. Kami sangat bergembira karena sebagian besar debitur yang terdampak Covid-19 sudah mulai pulih dan bersiap ekspansi,” ujar Novita.
BNI mendapat banyak lesson learned mengenai bagaimana meningkatkan efisiensi bisnis dari pandemi. Sepanjang 2022, biaya operasional umum dan admin hampir tidak naik, hanya tumbuh 1%.