Rinciannya, total aset menunjukkan peningkatan 28,5% dari Rp14,28 triliun di 2021 menjadi Rp18,35 triliun di 2022, dan core capital meningkat sebesar 42% dari Rp2,90 triliun menjadi Rp4,12 triliun.
Di sisi lain, perseroan berhasil mengelola rasio NPL di bawah 2%, yang menyatakan ini lebih baik dari rata-rata NPL seluruh bank di Indonesia dan berencana adanya capital injection di 2023.
IBK Indonesia merupakan salah satu perbankan nasional dengan pemegang saham pengendalinya adalah Industrial Bank of Korea (“IBK Korea”).
Lebih lanjut, Chae Jae Young mengatakan, IBK Korea menganggap Indonesia sebagai negara kunci dalam strategi pertumbuhan globalnya.
Oleh karena itu, IBK Korea telah melakukan empat kali capital injection, sehingga modal inti Bank IBK Indonesia mencapai Rp4,1 triliun dan direncanakan akan ada penambahan capital injection lagi.
Proyeksi parameter pertumbuhan secara keseluruhan di tahun 2022 juga mengalami peningkatan, yaitu kredit meningkat sebesar 32,7% dari Rp6,06 triliun 2021 menjadi Rp8,06 triliun di 2022.
Selain itu, deposit mengalami pertumbuhan 32,4% dari Rp6,323 triliun di 2021 menjadi Rp8,373 triliun di 2022 dan forex meningkat tajam 126% dari Rp360 miliar di 2021 menjadi Rp812 miliar di 2022.