Pejabat BOE secara terbuka menganggap Inggris sudah dalam resesi. Sementara ECB menganggap kawasan Euro menyerah pada kuartal ini. Kedua ekonomi telah terpukul oleh melonjaknya biaya energi yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.
AS meski tidak terlalu terdampak perang, tetapi masih dalam bahaya penurunan karena inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi berdampak pada ekonomi. Meskipun Powell menghindari mengatakan resesi akan terjadi, bank sentral lain menggambarkan kontraksi dalam produk domestik bruto tahun depan dalam proyeksi yang dirilis minggu ini.
Sementara ketiga bank sentral siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut pada 2023. Kenaikan tersebut kemungkinan tidak akan seragam seperti minggu ini.
Powell membuka pintu Fed untuk kembali ke kenaikan seperempat poin pada Februari. Sementara Presiden ECB, Christine Lagarde mengatakan kepada pasar, setidaknya dua langkah setengah poin lagi (kenaikan suku bunga), dan mengumumkan rencana untuk mulai mengurangi simpanan obligasi hampir €5 triliun (USD5,3 triliun).
Sementara itu, pemotongan suku bunga BOE menjadi fokus. Sementara mayoritas memilih minggu ini untuk menaikkan setengah poin menjadi 3,5%, dua pejabat menentang kenaikan dan mengisyaratkan bahwa kebijakan harus segera dilonggarkan.
Mereka percaya 3% lebih dari cukup untuk membawa inflasi kembali ke target, sebelum jatuh di bawah target dalam jangka menengah.
“Pesan keseluruhan untuk 2023 tampak jelas: bank sentral akan mendorong kembali aset berisiko tinggi sampai pasar tenaga kerja mulai berubah,” George Saravelos, kepala penelitian valuta asing global di Deutsche Bank AG.
“Dua bank sentral terbesar dunia, yakni Fed dan ECB, telah memberikan pesan yang jelas: kondisi keuangan harus tetap ketat," pungkasnya.
(Penulis: Ibadikal Mukhlisina/Magang)
(FAY)