IDXChannel - Bank Indonesia (BI) terus berupaya memperkuat sinergi antara BI-FAST dengan infrastruktur fast payment dari kalangan industri.
"Agar dia bisa berjalan bersama maka sudah jelas skemanya juga harus sama. Karena kalau skemanya tidak sama tidak mungkin. Harus ada sinergi yang baik antara BI-FAST dengan industri fast payment," ujar Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Ryan Rizaldy, dalam keterangan resminya, Sabtu (24/8/2024).
Menurut Ryan, BI-FAST dan infrastruktur industri fast payment perlu bergerak dalam aransemen yang terstandardisasi, baik secara teknis, bisnis, maupun governance agar sinerginya efektif.
Tak hanya itu, BI-FAST dan industri fast payment juga perlu memiliki tingkat layanan (service level) yang setara untuk menjamin akseptasi yang seimbang, sekaligus dapat saling menyokong dalam hal salah satu infrastruktur mengalami gangguan.
"Menjadi active back-up satu dengan lain. Kalau satu gagal maka berpindah ke yang lain. Tentunya itu hanya bisa terjadi kalau skemanya setara," ujar Ryan.
Selain itu, Ryan menjelaskan, proses settlement untuk transaksi yang diproses melalui jalur industri fast payment akan diarahkan pada penggunaan central bank money. Dalam konteks tersebut, aransemen industri fast payment akan diperkuat untuk memastikan terbentuknya sinergi itu.
Penyelenggaraan layanan yang sinergis antara Bank Indonesia dengan industri ditujukan untuk mengantisipasi lonjakan transaksi keuangan di masa depan. Hal tersebut ditekankan dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030.
Dikatakan Ryan, BI-FAST tentu tidak dapat sendirian dalam menangani prospek lonjakan transaksi di masa depan. Selain rentan risiko operasional, memposisikan BI-FAST sebagai infrastruktur tunggal juga memiliki risiko single point of failure yang besar.
Sinergi antara BI- FAST dengan fast payment yang diselenggarakan industri diperlukan untuk berbagi dalam pemberian layanan transaksi sekaligus saling menyokong (back-up).
Dari sisi nilai besar, transaksi BI-RTGS meningkat 15,36 persen (yoy) sehingga mencapai Rp15.450 triliun. Dari sisi ritel, volume transaksi BI-FAST tumbuh 65,08 persen (yoy) mencapai 301,41 juta transaksi per Juli 2024.
Sementara itu, BI memperkirakan transaksi keuangan digital akan tumbuh eksponensial dan mencapai 10,05 miliar transaksi pada 2030 atau naik 14 kali lipat.
(taufan sukma)