Perry memperkirakan, ruang untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate bisa terjadi di semester II-2024. Namun dia menegaskan bahwa proyeksi itu bukan karena latah mengikuti The Fed.
"Planning kami di semester II (2024), bukan ikutin FOMC, tapi memang perhitungannya seperti itu. BI Rate akan ikuti FFR? Enggak, (kami) tidak akan following FFR," tegasnya.
Perry menyebut, BI melihat indikator bukan FFR untuk menurunkan BI Rate. Tetapi, lanjutnya, sasaran inflasi 2,5 plus minus 1 persen pada 2024-2025.
"Kunci utamanya kami ingin memastikan inflasi 2,5 plus minus 1 persen tercapai. Sumbernya kita atasi salah satunya dari luar negeri, stabilitas nilai tukar dengan membuatnya apresiasi, mengendalikan second round efek dari volatile food. Itu yang akan menentukan, the timing of BI Rate," papar dia.
"Inflasi 2,5 plus minus 1 persen, risiko stabilitas kurs bisa dipastikan semester II. Ada ruang di semester II, tapi bukan kami ikutin FFR. Kalau rupiah menguat lebih cepat, inflasi lebih rendah, bisa saja ada ruang-ruang terbuka. Kita tidak ingin dikatakan terburu-buru," pungkas Perry.
(FAY)