IDXChannel - Bank Indonesia (BI) diproyeksi memangkas suku bunga acuan atau BI rate hingga 100 basis poin (bps) sepanjang 2026.
Ekonom Maybank Investment Banking Group, Brian Lee Shun Rong menyebut, BI akan memotong suku bunga sebesar 25 poin pada akhir tahun ini.
"Skenario dasar kami tetap bahwa BI akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin dalam rapat pada 17 Desember," ujarnya dalam riset, dikutip Jumat (21/11).
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya, BI memilih menahan BI Rate di level 4,75 persen. Brian mencermati stabilitas rupiah menjadi alasan utama BI menahan penurunan suku bunga lanjutan.
Spread imbal hasil obligasi Indonesia-AS juga ikut menyempit, terutama tenor dua tahun yang turun ke 1,1 poin.
Menurutnya, hal ini membatasi ruang pelonggaran moneter sebelum pengumuman dari bank sentral AS atau Federal Reserve. Jika masalah ini teratasi, maka peluang BI Rate lebih rendah bakal terwujud.
"Kami mempertahankan proyeksi kami bahwa suku bunga BI akan diturunkan sebanyak empat kali (-100 basis poin) menjadi 3,75% pada akhir 2026," ujarnya.
Jika skenario BI Rate turun pada Desember, maka analis menilai tekanan terhadap rupiah diperkirakan mereda dan membuka ruang pelonggaran lebih lanjut.
"Keputusan tersebut, bagaimanapun, akan bergantung pada The Fed yang berpotensi menurunkan suku bunga acuan pada Desember," tutur dia.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengisyaratkan adanya penurunan suku bunga acuan atau BI rate dalam jangka pendek.
Ini didasarkan pada pertimbangan utama yakni inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
"Oleh karenanya, mengenai arah penurunan suku bunga acuan ke depan, ya memang ada ruang penurunan suku bunga acuan BI-Rate lebih lanjut dengan dua pertimbangan tadi," ujar Perry saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (19/11/2025).
Perry menekankan, keputusan tersebut akan sangat bergantung pada dinamika ekonomi global dan domestik ke depan. Saat ini, fokus utama kebijakan jangka pendek BI adalah stabilitas.
"Pada saat ini kami memandang fokus kami adalah pada stabilitas, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah," katanya.
(DESI ANGRIANI)