"Tetapi anak-anak kita, kawan-kawan kita, 60% milennial di BI, di Indonesia juga sekitar 60% didominasi milennial, apalagi anak-anak cucu kita, mereka itu memerlukan alat pembayaran digital yang sah," paparnya.
Sehingga, untuk alasan kedua, BI sebagai satu-satunya bank sentral di Indonesia melayani masyarakat yang membutuhkan tiga jenis alat pembayaran sah tersebut.
"Alasan ketiga, karena digitalisasi mata uang bisa digunakan untuk kerja sama internasional. Maka dari itu, BI bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional, dengan bank-bank sentral lain mengembangkan Central Bank Digital Currency," jelasnya.
"Di G20 kemarin kita sudah sepakati, pilihan-pilihan dan desainnya CBDC itu seperti apa, bagian mana dari CBDC untuk inklusi keuangan, khususnya bagi kalangan milennial, dan bagaimana CBDC itu bekerja sama secara cross border atau lintas batas," ungkap Perry.