Penilaian menggunakan dua kriteria, yakni umum dan spesifik. Dalam penilaian umum, dewan juri melihat bagaimana konsep strategi sebuah institusi, seperti apa eksekusinya dan sebesar apa dampak atau manfaat yang diciptakan oleh institusi tersebut.
Dalam penilaian spesifik, BTN secara khusus dinilai dengan kriteria ASEAN Risk Champion Award, yakni keberhasilan perseroan dalam mengimplementasikan prinsip manajemen risiko terintegrasi yang terbukti dapat menciptakan nilai tambah dan perlindungan bagi organisasinya.
Nixon menjelaskan, BTN meyakini bahwa manajemen risiko merupakan komponen vital dalam membangun bisnis yang berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan.
BTN menerapkan kerangka kerja untuk tata kelola (governance), risiko (risk), dan kepatuhan (compliance) atau GRC Framework secara komprehensif di semua lini bisnisnya. Di antara kerangka kerja tersebut yakni tata kelola di bidang IT Cyber dan Digital serta Sustainability Finance dan ESG Framework yang fokus pada lingkungan (Environment), sosial atau masyarakat (Social), dan tata kelola perusahaan (Governance), sesuai dengan prinsip-prinsip Sustainable Development Goals (SDGs).
“Selama beberapa tahun ke belakang, BTN telah melakukan transformasi di berbagai aspek bisnisnya dalam rangka menjadikan bank ini sebagai bank yang lebih modern dan dapat menjawab kebutuhan nasabah di masa kini maupun masa depan. Sebab itu, perseroan mengambil langkah perubahan internal ke arah yang lebih baik, termasuk dalam hal penguatan manajemen risiko,” tutur Nixon.