Ekonom Ungkap Alasan BI Belum Normalisasi Suku Bunga Acuan

IDXChannel - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan ada beberapa pertimbangan bagi Bank Indonesia (BI) yang hingga saat ini belum menormalisasi suku bunga acuan.
Faktor utamanya, yakni inflasi fundamental, menurutnya kenaikan inflasi di Indonesia masih dipengaruhi oleh kenaiakan beberapa harga bahan pokok sehingga inflasi fundamental belum menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Hal itu terlihat dari adanya kenaikan harga minyak goreng, dampak kenaikan harga pertamax, kenaikan transportasi udara dan kenaikan harga avtur.
"Jadi itu memang lebih ke arah sisi supply side, bukan sisi inflasi fundamental, oleh sebab itu Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuannya," ujarnya dalam Market Review IDXChannel, Jumat (17/6/2022).
Selain faktor inflasi fundamental yang belum menunjukkan tren signifikan. Josua mengatakan bahwa faktor inflasi yang masih terkendali juga menjadi faktor BI belum menormalisasi suku bunga acuan.
"Saat ini inflasi di Indonesia masih dalam kisaran 3 hingga 4 persen, tentu untuk sampai saat ini, itu menjadi pertimbangan BI mempertahankan suku bunga acuan," katanya.
Josua menambahkan bahwa dengan adanya kebijakan kenaikan gero wajib mininum pada 1 Juni 2022 merupakan langkah upaya menormalisasi liquitas di sektor keuangan atau perbankan.
"kebijakan tersebut, nanti sekiranya inflasi fundamental itu sudah menunjukkan tren yang signifikan tentu saya pikir BI akan mulai menormalisasi kebijakan moneternya," katanya.
Josua menambahkan, upaya pemerintah untuk tidak menaikan harga BBM bersubsidi yakni pertalite, gas elpiji 3 kg dan tarif listrik di bawah 3.000 volt dinilai langkah yang tepat dalam menekan laju inflasi.
"Karena jika harga bbm pertalite, gas elpiji 3 kg dan tarif listrik di bawah 3.000 volt dinaikan tentu ini dampak inflasi akan lebih tinggi," pungkasnya.
(SAN)