Baca Juga:
Di sisi lain, ada yang memprediksi kenaikan FFR menyentuh 5,25% dengan puncaknya pada kuartal I dan II di 2023. Kondisi ini, lanjut Perry, diramal tidak akan turun sehingga masa kenaikan suku bunga ini menjadi lebih lama.
"Ini terjadi kejar-kejaran, antara kenaikan inflasi dan suku bunga yang tinggi. Kita lihat kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh European Central Bank (ECB), otoritas moneter di Inggris, dan banyaknya negara maju lainnya semuanya menaikkan suku bunga, sehingga dunia dibayangi risiko dengan istilah bernama reflasi, yaitu risiko stagflasi dan tingginya inflasi," tandas Perry.
(DES)