IDXChannel - Hong Kong perlu mewaspadai adanya dampak lebih lanjut dari krisis yang dialami bank-bank regional Amerika Serikat (AS). Namun, kota tersebut hanya memiliki sedikit eksposur ke lembaga-lembaga keuangan yang ada di Eropa dan AS.
Hal tersebut dikatakan oleh Otoritas Moneter Hong Kong (Hong Kong Monetary Authority) pada Jumat (24/3/2023).
Kebangkrutan yang dialami Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank serta krisis di Credit Suisse mengguncang pasar keuangan global selama seminggu terakhir. Hal ini memberikan efek gelombang kejut ke seluruh sistem perbankan global.
Eddie Yue, kepala bank sentral de facto Hong Kong, mengatakan bahwa sektor keuangan di kota tersebut hanya memiliki sedikit eksposur terhadap obligasi Additional Tier 1 (AT1) - sebuah jenis utang yang merupakan bagian dari penyangga modal yang diharuskan regulator untuk dimiliki bank-bank sebagai perlindungan pada saat terjadi gejolak di pasar.
Para pembuat kebijakan di Asia berusaha keras untuk meredakan kehkawatiran investor terkait obligasi AT1 setelah kepemilikan obligasi AT1 Credit Suisse diturunkan menjadi nol. Gejolak pasar yang sedang berlangsung kemungkinan akan membatasi penerbitan utang baru.
"Kejadian-kejadian yang telah terjadi baru-baru ini di AS dan Eropa hanya berdampak kecil pada Hong Kong," kata Yue, dilansir dari Reuters pada Jumat (24/3/2023).
"Jika dilihat situasi yang telah terjadi, sebagian besar keadaannya sudah stabil, namun kita masih perlu melihat apakah akan ada spillover lebih lanjut, terutama ke bank-bank regional AS lainnya,” lanjutnya.
Menurut Yue, Bank-bank di Hong Kong dan belahan dunia lainnya dinilai perlu bersiap diri untuk menghadapi volatilitas lebih lanjut di pasar.
(WHY/Anggerito Kinayung Gusti)