Di sisi lain, dengan belum pulihnya demand kredit, perseroan juga melakukan counter-balancing dengan terus memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional. Bank Mandiri berhasil menurunkan cost of fund sebesar 33 bps yoy menjadi 2,53% di Desember 2020 sedangkan biaya operasional hanya tumbuh 1,42%, dibandingkan kenaikan biaya operasional periode sebelumnya yang mencapai 6,68%.
“Tak hanya itu, kami juga terus mendorong pengembangan digital banking seiring pergeseran perilaku masyarakat dalam bertransaksi. Diharapkan, berbagai upaya ini dapat menjaga kualitas layanan dan kepercayaan stakeholder kepada perseroan,” katanya.
Selain itu tentunya dengan berbagai inovasi produk digital, Bank Mandiri juga berperan dalam memitigasi dampak pandemi dengan memutus rantai penyebaran coronavirus.
“Kami cukup confident dengan respon yang kami lakukan pada situasi pandemi ini. Oleh karena itu, meski laba bersih tahun lalu terkontraksi 38% menjadi Rp17,1 triliun, kami optimis kinerja Bank Mandiri akan mengalami rebound pada tahun ini,” katanya.
Lebih lanjut, Darmawan mengatakan, pencapaian laba di 2020 didorong oleh pertumbuhan fee based income yang tumbuh sebesar 4,9% yoy menjadi Rp28,7 triliun, dengan salah satu penyumbang utama adalah pendapatan dari transaksi online. Tercatat, frekuensi transaksi aplikasi Mandiri Online sepanjang 2020 mencapai lebih dari 600 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 1.000 triliun.