Sedangkan beban usaha lainnya tumbuh 3,81 persen yoy menjadi Rp309,63 miliar. Manajemen TUGU menyebut, laba inti ini mengecualikan pendapatan satu waktu atau one time revenue senilai Rp868 miliar yang diterima TUGU pada 2023, hasil kemenangan kasus hukum melawan Citibank di Hong Kong.
Analis Trimegah Sekuritas, Kharel Devin menilai kinerja operasional TUGU masih tumbuh positif, meskipun laba bersih turun 47 persen year on year (yoy) dari Rp1,32 triliun pada 2023 menjadi Rp700,85 miliar pada 2024.
Menurut dia, hal ini akibat pada 2023 lalu TUGU mencatatkan pendapatan satu waktu yang cukup besar. "Pendapatan satu waktu di 2023 memang seperti jackpot. Namun tanpa itu pun kinerja operasional TUGU tumbuh positif dari top line hingga bottom line," ujar Kharel dalam risetnya.
Bila melihat dari sisi beban, maka TUGU berhasil menjaga kualitas manajemen risiko sehingga beban klaim dapat terjaga. Selain itu optimalisasi beban usaha dilakukan agar tercapai omzet dan pendapatan yang terus meningkat.
Kharel menjelaskan pada 2024 TUGU berhasil mengembangkan pasar ke segmen non captive dengan fokus pada perusahaan BUMN dan swasta. Pendapatan premi dari captive business, yaitu Grup Pertamina tercatat di bawah 30 persen, sementara sisanya mayoritas berasal dari segmen korporasi non captive serta segmen ritel.