"Kita sering mendengar narasi bahwa ekonomi digital akan maju jika UMKM melakukan transformasi digital. Digitalisasi UMKM akan lebih bermakna kalau didukung oleh akses pembiayaan. Pada konteks inilah bank digital harus mengambil banyak peran," tegas Piter.
Sementara, Direktur ARTO, Sonny Christian Joseph, mengakui bahwa strategi untuk lebih gencar menyalurkan pembiayaan produktif ke pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang tergabung dalam ekosistem digital memang cukup jitu dalam mengejar target perusahaan untuk mendongkrak kinerja kredit secara efektif, efisien, dan dengan risiko yang terukur.
"Strategi ini sudah kami jalankan sejak dua tahun lalu, dan terbukti menjadi kunci sukses pertumbuhan kredit perusahaan," ujar Sonny.
Menurut Sonny, jumlah mitra yang berkolaborasi dengan Bank Jago telah mencapai lebih dari 30 institusi dan masih terus bertambah. Total kredit dan pembiayaan syariah yang disalurkan mencapai Rp9,4 triliun hingga akhir Desember 2022 (unaudited), tumbuh 75,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Segmen bisnis debitur yang kami layani beragam, ada yang menjadi bagian dari rantai pasok industri otomotif, platform digital di bisnis logistik, e-commerce, dan sebagainya. Intinya, target kami lebih ke pelaku UMKM yang menjadi bagian dari ekosistem (digital)," tutur Sonny.
Selain membidik para pelaku usahanya, Sonny menjelaskan, Bank Jago juga menyasar konsumen retail (end-user) dari ekosistem tersebut. Produk pinjamannya bisa berupa buy now pay later (BNPL) ataupun kredit multiguna melalui fintech lending dan perusahaan pembiayaan.
"Apa pun skema produknya dan siapa pun target pasarnya, kami akan selalu mengutamakan penyaluran pembiayaan melalui mitra. Credit channeling ataupun joint financing adalah bisnis model yang kami pilih secara sadar sejak awal dan kami jalankan terus secara konsisten. Kolaborasi merupakan kunci ekspansi Jago secara cepat dan efektif," tegas Sonny. (TSA)