IDXChannel – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melaporkan rasio non-performing loan (NPL) BRI pada kuartal III-2024 turun menjadi 2,90 persen. Angka itu membaik bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) sebesar 3,07 persen.
Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto mengatakan, NPL saat ini sudah sesuai dengan guideline perseroan di bawah 3 persen. Bank pelat merah itu pun sudah menyiapkan beberapa strategi untuk menjaga kinerja tersebut, mulai dari front-end, mid-end, hingga back-end.
"Baik di front-end, pada saat kami underwrite kredit-kredit baru, kemudian menyupervisi kredit-kredit yang ada di dalam buku kami, dan pada saat dia menjadi NPL, apa yang mesti kami lakukan? Itu semua kami lakukan penguatan," ujar Agus dalam konferensi pers Kinerja Keuangan BRI Triwulan III 2024 di Jakarta (30/10/2024).
Lebih khusus lagi, kata dia, sejak awal kuartal II, BRI telah memperketat di front-end. Artinya, beberapa kriteria debitur baru yang bisa masuk ke dalam buku BRI diperketat, sehingga langkah itu bisa terus menurunkan NPL yang ada untuk memperbaiki kualitas kredit.
Dia mengungkapkan, pada kuartal I-2024, BRI sempat mengalami kenaikan rasio NPL. Namun dengan berbagai strategi yang dilakukan, BRI tidak hanya mampu memangkas NPL, tetapi juga menurunkan angka kolektibilitas kredit dalam perhatian khusus (DPK) atau Kolek 2.
Tak cukup sampai di situ, kata Agus, perseroan juga berhasil mencatat rasio loan at risk (LAR) yang lebih baik, dari semula 13,80 persen pada akhir kuartal III-2023 menjadi 11,66 persen pada akhir kuartal III-2024. Menurut dia, penurunan rasio NPL dan LAR itu didukung oleh penerapan strategi pengelolaan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis.