Isu struktural kedua, kata Dian, yaitu akselerasi transformasi digital terkait dengan ancaman risiko siber yang semakin beragam. Oleh sebab itu, diperlukan kesiapan infrastruktur mendasar serta kolaborasi dan konektivitas bank.
“Terakhir, adanya tuntutan perbankan agar lebih kontributif dalam pembangunan berkelanjutan, khususnya terkait dengan pemenuhan rasio pembiayaan inklusif makroprudensial, target pertumbuhan perekonomian regional, dukungan terhadap ekonomi hijau, mitigasi risiko iklim atau climate risk dan pendalaman pasar keuangan,” kata Dian.
Meski industri perbankan menghadapi berbagai tantangan, Dian mengatakan bahwa kinerja dan ketahanan perbankan tercatat masih sangat solid yang didukung oleh likuiditas yang masih ample dengan permodalan yang juga sangat kuat.
Pada posisi Mei 2024, sektor perbankan masih mencatatkan kinerja positif dan tumbuh secara berkelanjutan. Kredit tetap tumbuh double digit sebesar 12,15 persen year on year (yoy) menjadi Rp7.376 triliun serta dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,63 persen yoy menjadi sebesar Rp8.699 triliun.
Capital adequacy ratio (CAR) perbankan tercatat di level yang relatif tinggi, yaitu sebesar 26,22 persen pada Mei 2024. Kualitas kredit juga tetap terjaga dengan rasio non-performing loan (NPL) gross perbankan sebesar 2,34 persen per Mei 2024. Loan at risk (LAR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 10,75 persen per Mei 2024.
(Dian Kusumo Hapsari)