IDXChannel – Melalui Daily Economic and Market Review, PT Bank Mandiri Tbk pada Rabu (7/7/2021) mencatatkan bahwa penyaluran kredit konsumtif (ke rumah tangga) perbankan nasional tumbuh 0,3% yoy pada April 2021 (vs -1,1% yoy pada Maret 2021).
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) terbaru, hanya terdapat tiga provinsi yang mengalami penurunan penyaluran kredit konsumtif per April 2021.
"Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan Maret 2021, di mana terdapat lima provinsi yang mengalami kontraksi," kata Head of Industry and Regional Research PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Dendi Ramdani, dalam keterangan tertulis, Rabu (7/7/2021).
Sebaliknya, provinsi-provinsi lainnya masih mampu tumbuh positif (Tabel 1). Lebih detail lagi, provinsi yang mengalami pertumbuhan penyaluran kredit konsumtif tertinggi adalah Kalimantan Tengah dengan pertumbuhan sebesar 8,4% yoy (vs 8,0% yoy pada Maret 2021), diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 7,1% yoy (vs 6,3% yoy pada Maret 2021) dan Jawa Barat sebesar 6,9% yoy (vs 5,7% yoy pada Maret 2021).
Meskipun demikian, total penyaluran kredit konsumtif nasional berhasil tumbuh setelah sebelumnya terus mengalami kontraksi.
"Hal ini disebabkan oleh penurunan kontraksi kredit konsumtif di DKI Jakarta, yakni dari -10,1% pada Maret 2021 menjadi hanya -7,8% pada April 2021. Jakarta sendiri adalah provinsi dengan market share terbesar, yakni mencapai 26,6% dari total penyaluran kredit konsumtif nasional, sehingga sangat mempengaruhi kinerja penyaluran kredit konsumsi nasional," ujar Dendi.
Non-Performing Loan (NPL) kredit konsumtif pada April 2021 cenderung flat, yakni sebesar 1,9%. Provinsi dengan NPL tertinggi pada April 2021 adalah Kalimantan Timur sebesar 3,0% (vs 3,0% pada Maret 2021). Selanjutnya, provinsi dengan NPL tertinggi kedua dan ketiga adalah Papua Barat sebesar 2,8% (vs 2,7% pada Maret 2021) dan Sulawesi Utara sebesar 2,6% (2,5% pada Maret 2021).
“Sedangkan provinsi dengan NPL terendah adalah Sulawesi Barat dengan NPL sebesar 0,6% (vs 0,6% pada Maret 2021), Nusa Tenggara Timur sebesar 0,6% (vs 0,6% pada Maret 2021) dan Bengkulu sebesar 0,7% (vs 0,7% pada Maret 2021)," tambahnya.
Kredit pemilikan kendaraan bermotor tercatat mengalami kontraksi terdalam, yakni sebesar -27,6% yoy pada April 2021 (vs -28,9% yoy pada Maret 2021). Hal ini sejalan dengan perkembangan penjualan mobil dan sepeda motor domestik yang juga masih tertekan dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, kredit konsumtif untuk pemilikan rumah toko (Ruko) juga mengalami kontraksi kedua terdalam, yaitu sebesar -8,9% yoy pada April 2021 (vs -9,6% yoy pada Maret 2021). Sebaliknya, kredit pemilikan rumah merupakan kredit konsumtif yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 5,6% yoy pada April 2021 (vs 4,3% yoy pada Maret 2021).
Selanjutnya disusul oleh kredit pemilikan apartemen atau flat yang tumbuh 3,8% yoy pada April 2021 (vs 2,5% yoy pada Maret 2021). Berdasarkan kualitas kreditnya, kredit pemilikan Ruko memiliki NPL tertinggi yakni sebesar 5,1% pada April 2021 (vs 5,1% pada Maret 2021). Sedangkan kredit bukan lapangan usaha lainnya memiliki NPL terendah, yakni sebesar 1,3% pada April 2021 (vs 1,3% pada Maret 2021).
Sebagai tambahan, NPL kredit kepemilikan peralatan rumah tangga lainnya (termasuk kredit tanpa agunan/KTA) masih terjaga rendah di level 1,4% pada April 2021 (vs 1,4% pada Maret 2021). (TYO)