"Hal ini disebabkan oleh penurunan kontraksi kredit konsumtif di DKI Jakarta, yakni dari -10,1% pada Maret 2021 menjadi hanya -7,8% pada April 2021. Jakarta sendiri adalah provinsi dengan market share terbesar, yakni mencapai 26,6% dari total penyaluran kredit konsumtif nasional, sehingga sangat mempengaruhi kinerja penyaluran kredit konsumsi nasional," ujar Dendi.
Non-Performing Loan (NPL) kredit konsumtif pada April 2021 cenderung flat, yakni sebesar 1,9%. Provinsi dengan NPL tertinggi pada April 2021 adalah Kalimantan Timur sebesar 3,0% (vs 3,0% pada Maret 2021). Selanjutnya, provinsi dengan NPL tertinggi kedua dan ketiga adalah Papua Barat sebesar 2,8% (vs 2,7% pada Maret 2021) dan Sulawesi Utara sebesar 2,6% (2,5% pada Maret 2021).
“Sedangkan provinsi dengan NPL terendah adalah Sulawesi Barat dengan NPL sebesar 0,6% (vs 0,6% pada Maret 2021), Nusa Tenggara Timur sebesar 0,6% (vs 0,6% pada Maret 2021) dan Bengkulu sebesar 0,7% (vs 0,7% pada Maret 2021)," tambahnya.
Kredit pemilikan kendaraan bermotor tercatat mengalami kontraksi terdalam, yakni sebesar -27,6% yoy pada April 2021 (vs -28,9% yoy pada Maret 2021). Hal ini sejalan dengan perkembangan penjualan mobil dan sepeda motor domestik yang juga masih tertekan dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, kredit konsumtif untuk pemilikan rumah toko (Ruko) juga mengalami kontraksi kedua terdalam, yaitu sebesar -8,9% yoy pada April 2021 (vs -9,6% yoy pada Maret 2021). Sebaliknya, kredit pemilikan rumah merupakan kredit konsumtif yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 5,6% yoy pada April 2021 (vs 4,3% yoy pada Maret 2021).