Menurut Joko, sektor tambahan yang dipilih ini karena sektor tersebut bisa memberikan daya ungkit ekonomi dan tidak berisiko, mendukung ekonomi hijau, serta program pemerintah.
"Ini ditambahin lagi insentif KLM sehingga ini menyebabkan bank punya cukup amunisi, dan kita dorong ke sektor yang daya ungkitnya bagus, kinerjanya bagus, misalnya tadi bank pemerintah mendorong hilirisasi," jelas Joko.
Selain memperluas cakupan sektor yang akan mendapatkan insentif, BI juga memberikan tambahan likuiditas perbankan sebesar Rp81 triliun, sehingga total insentif menjadi Rp246 triliun.
Selanjutnya, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat, tambahan likuiditas dari KLM diperkirakan dapat mencapai Rp115 triliun pada akhir 2024, sehingga total insentif yang diberikan menjadi Rp280 triliun.
Perlu diketahui, pada Maret 2024, nilai insentif KLM sudah mencapai Rp165 triliun. Ini masuk dalam KLM eksisting yang berlaku sejak Oktober 2023 hingga Mei 2024.
(FAY)