Kembali ke Tanah Air, Adrian menjadi Head of Shariah Banking PT Bank Permata Tbk (BNLI) pada 2007. Pada tahun 2009, dia memutuskan keluar dari PermataBank dan bekerja di PT Bank Muamalat Tbk selama lebih dari 6,5 tahun.
Adrian memutuskan pensiun menjadi bankir dan mendirikan Investree pada Oktober 2015 bersama rekannya, Amir Amiruddin. Investree merupakan salah satu perusahaan fintech P2P lending pionir sekaligus terkemuka di Indonesia. Nama Adrian kemudian cepat dikenal hingga terpilih menjadi Wakil Ketua Asosiasi FinTech Indonesia (AfTech) pada Juni 2016.
Saat awal berdiri, Investree mendapatkan pendanaan awal dari Kejora Kapital hingga tahap A. Pada pendanaan tahap B, sejumlah investor besar mulai masuk seperti Mandiri Kapital Indonesia, Persada Capital, dan SBI Investment.
Investree kemudian memperoleh pendanaan jumbo USD231 juta saat tahap D dari SBI Holdings dan JTA International Holding. Dengan demikian, total pendanaan yang diperoleh Investree mencapai USD280 juta atau setara Rp4,3 triliun dengan asumsi kurs Rp15.500.
Investree melalui Investree Singapore Pte Ltd juga tercatat mengakuisisi 2,25 miliar saham PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) atau setara 12,22 persen dari total saham beredar. Nilai kepemilikan sahamnya di Bank Amar mencapai Rp480 miliar.
Pada Januari 2024, Adrian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO Investree. Pada Oktober 2024, Investree dibubarkan dan Adrian kini tengah dicari oleh OJK dan aparat penegak hukum untuk diproses atas dugaan fraud dana investor.
(Rahmat Fiansyah)