Secara umum, Ryan menilai, potensi industri asuransi umum di Tanah Air masih sangat besar. Meski pendapatan premi bruto memiliki tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) 8,6 persen dalam lima tahun terakhir (2019-2023) mencapai Rp111 triliun, penetrasi asuransi umum masih 0,4 persen.
"Sementara penetrasi asuransi umum di negara tetangga ASEAN seperti Malaysia dan Singapura masing-masing 1,4 persen dan 1,9 persen," katanya.
Ryan menilai, tanpa dua kebijakan ini saja, saham TUGU sangat menarik. Di kuartal I, pendapatan premi bruto mencapai Rp5,2 triliun dan laba bersih Rp407 miliar, yang setara price earning ratio (PER) 5 kali di harga Rp1.175 per saham.
"Bagaimanapun juga, valuasinya masih atraktif, bahkan sebelum adanya penerapan aturan baru, dan perseroan secara konsisten membagikan dividen dengan payout ratio 40 persen, sehingga memberikan yield 8 persen," ujarnya.
(Rahmat Fiansyah)