IDXChannel - Pemangkasan suku bunga acuan The Fed diperkirakan masih akan berlanjut. Proyeksinya bahkan menurunkan kembali 50 basis poin (bps) hingga akhir tahun ini.
Indeks di Bursa Amerika Serikat (AS) terus mencatatkan rekor all time high, pasca pemangkasan 50 bps yang dilakukan oleh The Fed pada pertemuan Kamis kemarin.
Rilis data pengangguran tercatat positif, di mana tingkat pengangguran mingguan di bawah estimasi sebesar 219 ribu untuk periode mingguan 14 September 2024.
Menurut riset Panin Sekuritas, patut dicermati bahwa, Chairman The Fed, Jerome Powell menginformasikan untuk berhati-hati memangkas suku bunga ke depannya.
"Namun beberapa brokerage memperkirakan The Fed akan kembali melakukan pemangkasan yang jumbo. Berdasarkan dot plot, The Fed diperkirakan masih akan memangkas 50 bps hingga akhir 2024, 100 bps di 2025, dan 50 bps di 2026," tulis riset tersebut, Jakarta, pagi ini.
Sementara itu, Bursa Asia pagi ini dibuka mixed dengan Bursa Jepang naik 1,95 persen, Hong Kong menguat 0,87 persen. Sedangkan Shanghai melemah 0,08 persen dan Singapura turun 0,18 persen.
"Patut dicermati, core Consumer Price Index di Jepang tercatat meningkat ke level 2,8 persen YoY (estimasi naik 2,7 persen YoY) dan jika tidak memasukan komponen makanan segar dan energi, di level 2 persen," ujarnya.
Saat ini, Bank of Japan (BoJ) diperkirakan masih akan menjaga suku bunga acuan di level 0,25 persen pada pertemuan di 19-20 September 2024.
"Investor masih akan mencermati tensi dagang antara Eropa-China, setelah dua negara tersebut sepakat untuk melakukan pertemuan terkait dengan kebijakan dari European Union (EU) yang menerapkan tarif untuk mobil listrik dari China setelah adanya investigasi terkait dengan subsidi yang tidak adil untuk EV yang diproduksi di China," tuturnya.
Di sisi lain, harga emas menguat 0,48 persen, harga minyak Nymex naik 1,47 persen, yield obligasi AS naik 0,9 bps ke level 3,713. Harga gas alam melonjak 2,80 persen yang didorong oleh ekspektasi pemotongan produksi yang diharapkan oleh produsen pada akhir 2024.
"Pemangkasan produksi ini dapat membantu mendukung harga dalam jangka panjang, seiring dengan penurunan harga sebesar 40 persen selama 2 bulan terakhir," katanya.
(Fiki Ariyanti)