Dan strategi tersebut rupanya terbukti jitu. Dengan aktivitas yang serba terbatas, di mana masyarakat saat itu diminta untuk sebisa mungkin hanya berkegiatan di rumah, maka orderan yang masuk ke Julay malah meningkat tajam.
"Karena orang kan mau ke mana-mana susah. Beli makan, beli segala macam susah. Makanya akhirnya banyak order ke saya. Mulai dari kue basah, lontong, bolen, sampai makanan-makanan berat, juga banyak diorder. Nanti siang sampai sore, pas sudah matang, suami keliling antar pesanan ke pembeli. Saya lanjut produksi lagi," urai Julay.
Sejak saat itu, Julay bahkan mengaku bahwa bisa dibilang sebagian besar dari waktu-waktunya di rumah dihabiskan di dapur untuk memasak. Hal ini seiring dengan makin banyaknya pesanan yang diterima, sehingga aktivitas produksi pun terus berjalan dan silih berganti, bergantian menurut jenis kue yang akan dibuat.
Cuan Berlimpah
Dari laris-manisnya kue basah dagangannya tersebut, Julay menyebut omzet yang dapat diraupnya dalam sehari, berkisar antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta, dengan durasi berjualan maksimal tiga jam saja setiap harinya.
Nilai omzet tersebut, bahkan disebut Julay, masih hanya menghitung penjualan yang rutin dilakukan secara langsung di lapaknya, di depan MI Ikhwanul Muslimin.