Padahal sebelumnya, pemeriksaan terhadap barang impor dilakukan secara masing-masing baik oleh Badan Karantina maupun Bea Cukai, di waktu dan tempat yang berbeda. Pelaksanaan pemeriksaan demikian, mengakibatkan pemilik barang impor harus melakukan pemindahan dan membuka kontainer dua kali.
Di sisi lain, implementasi SSm Quarantine Customs juga menjadikan proses pengajuan pada setiap kementerian/lembaga terkait, dapat diukur karena akan dibuat standard operational procedure (SOP) bersama dan service level agreement (SLA).
SSm Quarantine Customs diyakini mampu menurunkan biaya dan membuat waktu proses layanan makin efisien. LNSW mencatat, kontainer karantina Periode Januari-Juli 2022 didominasi oleh jenis karantina SSm Quarantine Customs dengan total 141.203 kontainer atau sebesar 91,97% dari keseluruhan pengajuan karantina. Selain itu, kinerja dwelling time kontainer SSm Quarantine Customs pada Juli 2022 adalah 3,31 hari.
“Meski data dwelling time importasi komoditas karantina lebih tinggi dibanding dengan data DT keseluruhan importasi nasional 2,77 hari, kesepakatan bersama SLA (service level agreement) untuk dwelling time SSm Quarantine Customs adalah 3,23 hari, jadi tidak terlalu jauh,” terang Agus.
Di sisi lain, hasil pemantauan LNSW menunjukkan bahwa SSm Quarantine Customs terbukti mampu mengefisiensikan waktu dan biaya layanan importasi komoditas karantina. Estimasi Penurunan Biaya Timbun dan Biaya Penarikan untuk behandle/pemeriksaan pada periode Januari 2021-Juli 2022 sebesar Rp135,23 miliar atau 33,48%, serta rata-rata efisiensi waktu sebesar 20,59%.