"Yang jelas, kalau kita menghitung kerugiannya itu, satu, kerugian akibat minyak yang terbakar. Kan itu ada empat tangki ya, yang terbakar. Ada tangki yang terbakar, maka di situ ada minyak yang siap untuk di jual atau didistribusikan. Satu kerugiannya itu," katanya.
Kedua, kerugian dari sisi infrastruktur. Usai insiden tersebut, perseroan negara itu harus menggelontorkan dana untuk pembagunan kembali empat tangki dan peralatan pendukung lain.
Ketiga, kerugian karena adanya biaya untuk melakukan pemadaman. Dana pemadaman diperkirakan cukup besar. Kemudian kerugian akubat terhentinya operasi kilang selama beberapa hari mendatang.
"Kata pertamina 5 hingga 6 hari, tapi saya memperkirakan bisa lebih daripada itu, apalagi akan ada investigasi. Sementara investigasi bisa dilakukan jika semuanya padam. Lalu butuh beberapa hari bagi polisi untuk melakukan olah TKP, selama proses itu, kilang mungkin tidak berjalan. Artinya, selama kilang tidak berjalan, maka penerimaan dari kilang akan berkurang karena tidak ada produksi," kata Fabby.
Terakhir adalah kerugian dari selisih harga biaya impor BBM. Fabby menilai, Pertamina harus melakukan impor untuk menutupi 125.000 per barel per hari. Langkah ini seiring dengan berhentinya pendistribusian minyak.