Istilah mudik mulai berkembang pada tahun 1970-an, tepat disaat pertumbuhan penduduk di Jakarta sedang meningkat akibat perantau yang datang berbondong-bondong karena fokus pembangunan ada di Jakarta.
Para perantau yang datang pun beragam, sebagian merupakan orang-orang terdidik yang mendapatkan fasilitas yang baik di kampung halaman, dan sebagian merupakan para pekerja kasar.
Meskipun begitu, nyatanya tradisi mudik sudah dilakukan sejak kerajaan majapahit dan mataram islam. Wilayah kerajaan yang luas membuat pejabat ditugaskan di beberapa titik wilayah kekuasaan. Kemudian para pejabat akan pulang untuk menghadap raja serta mengunjungi keluarga.
Hal ini dinilai sebagai asal-usul lahirnya fenomena mudik lebaran. Istilah mudik sendiri berasal dari bahasa Jawa "mulih dhisik" yang berarti pulang dulu. Sebagian juga berpendapat bahwa istilah mudik berasal dari bahasa Betawi "menuju udik" yang berarti menuju kampung. (TSA)