sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ancaman Resesi Global, Beli Rumah atau Menabung?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
20/09/2022 12:19 WIB
Di tengah kondisi perekonomian global yang rentan, menabung bagi generasi milenilal dan Gen Z dapat menjadi prioritas utama.
Ancaman Resesi Global, Beli Rumah atau Menabung? (Foto: MNC Media)
Ancaman Resesi Global, Beli Rumah atau Menabung? (Foto: MNC Media)

Sementara itu, sebuah survei serupa dari Freddie Mac, menunjukkan kenaikan rata-rata bunga KPR atawa mortgage rates sebesar 6,02% – pertama kalinya di atas 6% sejak November 2008.

Meskipun demikian, putusan the Fed untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ataupun 100 basis poin tidak akan berdampak langsung pada mortgage rates ini. Namun, kemungkinan akan menyebabkan beberapa perubahan. Hal ini diungkapkan oleh Shashank Shekhar, founder dan CEO InstaMortgage, aplikasi lender mortgage, mengutip Time.

"Suku bunga mortgage cenderung naik lebih tinggi ketika terjadi inflasi yang lebih kuat, tetapi tidak ada korelasi langsung dengan tingkat bunga the Fed,” kata Shekhar, mengutip Time (20/9).

Menurutnya, hanya karena suku bunga Fed akan naik tidak berarti semua suku bunga akan melakukan hal yang sama. Namun satu kemungkinan, menurutnya, pasar suku bunga mortgage telah memperhitungkan kenaikan suku bunga Fed yang diharapkan.

"Dalam beberapa kasus, ketika Fed benar-benar agresif dalam menaikkan suku bunga, suku bunga mortgage bereaksi positif karena mereka pikir itu akan membantu menurunkan inflasi," kata Shekhar.

Di Indonesia, dampak kenaikan suku bunga terhadap sektor properti juga belum terlalu terlihat signifikan. Sektor ini bahkan mulai bertumbuh perlahan pasca terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Survei yang dilakukan Lamudi.co.id menunjukkan, upaya pemerintah dalam mendorong pemulihan sektor properti pada awal 2022 dengan beberapa insentif berhasil meningkatkan transaksi properti. 

Beberapa bank nasional mencatatkan pemberian bunga kredit perumahan rakyat (KPR) mulai dari 3,72% hingga 4.38% fixed rate hingga 4 tahun.

Selain itu, Indeks harga properti residensial (IHPR) di Indonesia juga terus mengalami peningkatan sejak 2019, menurut data Statista. Adapun menurut data BI, IHPR juga tercatat meningkat dari tahun ke tahun, termasuk di wilayah Jabodetabek sepanjang 2019 dan diproyeksikan akan terus meningkat mencapai 234,21 poin hingga Q3 2022. (Lihat tabel di bawah ini.)

Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI juga menunjukkan hal yang sama pada triwulan I-2022. Hal ini tercermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang tercatat 1,87 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,47 persen (yoy). 

Dari sisi penjualan, hasil survei triwulan I-2022 mengindikasikan adanya perbaikan penjualan properti residensial di pasar primer meskipun masih terkontraksi. Perbaikan tersebut tercermin dari penjualan properti residensial yang terkontraksi sebesar 10,11 persen (yoy) pada triwulan I-2022, lebih baik dari kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 11,60 persen (yoy).

Meski demikian, di tengah kondisi perekonomian global yang rentan, menabung bagi generasi milenilal dan Gen Z dapat menjadi prioritas utama dibanding harus membeli rumah melalui skema KPR. Hal ini terkait dengan kemampuan finansial yang masih perlu diperkuat dan stabil jika ingin mengajukan KPR. Di tengah kondisi global yang tidak pasti, kemungkinan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga masih menghantui para pekerja.

Sebagai informasi, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa juga menyebutkan jumlah rekening dengan saldo kurang dari Rp 2 miliar meningkat sebesar 91,73 juta rekening atau bertambah sebanyak 26% YoY pada Januari 2022. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement