Iqbal Dwi Purnama
IDXChannel - Lembaga konsultan manajemen global Kearney Indonesia merilis kualitas pendidikan Indonesia yang terus menurun sejak 2009. Hal tersebut dinilai berdasarkan pemeringkatan pada Program for International Student Assessment (PISA).
Partner and President Director, Kearney Indonesia Shirley Santoso, mengatakan anggaran pemerintah untuk sektor pendidikan sejak 2009 lalu sebetulnya terus mengalami peningkatan. Sebagai contoh pada 2009 anggaran untuk pendidikan sebesar Rp208 triliun, terus meningkat hingga 2020 sebesar Rp508 triliun.
"Namun dari sisi kualitas ini adalah sesuatu yang harus didorong terus," ujar Shirley dalam media briefing, Selasa (30/5/2023).
PISA Exam Rank, pada 2018, menampatkan Indonesia berada pada urutan ke-71. Pada 2009 peringkat Indonesia sempat berada diperingkat 60, kemudian pada 2013 turun ke posisi 63.
"Reformasi pendidikan itu tidak mudah memang, harus dilakukan secara holistik, saya rasa fokus pemerintah saat ini dengan merdeka belajar dan transformasi sudah tepat, tapi memang membutuhkan waktu," sambungnya.
Lebih lanjut, Shirley menjelaskan pendidikan Indonesia harus lebih berfokus untuk siap menghadapi disrupsi teknologi agar SDM yang lahir dapat memenuhi kriteria kebutuhan pasar kerja saat ini.
Sehingga reformasi pendidikan bukan hanya menyoal meningkatkan kualitas tenaga pengajar, namun infrastruktur juga penting untuk diperhatikan.
"Pertama harus fokus, dari sisi apa anak-anak itu pelajari, terkadang itu saya juga lihat misalnya banyak lulusan ITB kerjanya di business, atau jumlah seperti orang yang mau belajar engineering atau computer science di Indonesia belum banyak," kata Shierly.
Oleh karena itu menurutnya reformasi pendidikan penting dilakukan secara holistik. Terutama kolaborasi pemerintah dan industri dituntut untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga membuat masyarakat tertarik mengambil pendidikan di bidang tertentu.
Besarnya potensi ekonomi digital tanah air dengan nilai terbesar di Asia Tenggara sekitar USD77 miliar pada tahun lalu, masih menjadi tantangan tersendiri mencapai visi Indonesia 2045.
