Pembicaraan Trump dan Xi terjadi di tengah desakan AS kepada negara-negara mitra untuk mempercepat perundingan perdagangan. Gedung Putih telah mengirimkan surat kepada sejumlah negara sebagai "pengingat" bahwa penangguhan tarif timbal balik selama 90 hari, yang diberlakukan Trump, akan berakhir pada awal Juli.
Sementara itu, AS baru saja mengumumkan kesepakatan perdagangan dengan Inggris. Sementara pembicaraan dengan India masih berlanjut hingga awal pekan depan menjelang batas waktu 9 Juli.
Para penasihat Gedung Putih berulang kali menjanjikan kesepakatan dagang besar dalam waktu dekat. Namun sejauh ini belum terlihat kemajuan yang signifikan.
Di dalam negeri, kebijakan tarif Trump menghadapi ketidakpastian hukum. Pada 28 Mei, Pengadilan Perdagangan Internasional AS di New York membatalkan kebijakan tarif Trump dengan alasan metode pemberlakuannya ilegal alias melanggar hukum. Namun, keesokan harinya, pengadilan banding federal mengizinkan tarif tersebut tetap berlaku untuk sementara. Keputusan ini menciptakan ketidakpastian bagi pelaku bisnis yang terdampak.
Kebijakan perdagangan AS dan China terus bergema di pasar global. Kedua negara saling mengunci pasokan bahan strategis andalannya masing-masing dan memperketat regulasi. Pelaku pasar di Indonesia dan dunia perlu bersiap menghadapi potensi gangguan rantai pasok dan fluktuasi harga. Perkembangan negosiasi dalam beberapa hari ke depan akan menjadi kunci untuk menentukan arah hubungan dagang dua raksasa ekonomi ini.
(Ahmad Islamy Jamil)