Kendati demikian, China tetap akan menghadapi tantangan dalam pelonggaran kebijakan moneternya, terutama dengan adanya kenaikan harga daging babi, dan ketergantungan China pada impor gas dan minyak. Selain itu, kenaikkan suku bunga di AS dan negara lain juga akan semakin memperumit pelonggaran kebijakan.
Berkaca dari lonjakan inflasi di AS, PBOC mengatakan kebijakan suku bunga yang tidak berubah justru telah membantu menjaga keseimbangan internal dan eksternal di tengah kondisi kenaikan suku bunga oleh bank sentral global.
Sedangkan menurut seorang analis GF Securities dikutip dari Bloomberg, pertumbuhan kredit mungkin tidak akan mengalami rebound yang kuat seperti pada tahun 2020. PBOC berulang kali menyebut tentang peningkatan pendanaan bank untuk kebijakan infrastruktur yang berarti akan menjadi pendorong pertumbuhan kredit.
PBOC secara khusus menyoroti usaha perbaikan struktur pinjaman beberapa tahun terakhir, dengan porsi pinjaman untuk usaha kecil meningkat sedangkan pinjaman properti menurun.
Bank sentral mewajarkan adanya pertumbuhan kredit secara moderat, sebab ekonomi sedang melalui masa transisi di mana urbanisasi dan sektor properti melambat, sedangkan sektor-sektor baru seperti investasi hijau mulai meningkat, mendukung perekonomian. (TYO/RIBKA)