India telah mencampur kandungan etanol di BBM sekitar 20 persen alias E20, Thailand menerapkan bioetanol untuk E20 sampai E85, Argentina mencampur etanol 12 persen untuk produk BBM. Sementara itu, Jerman, Vietnam, Filipina, Perancis, dan China masing-masing telah mencampurkan kandungan etanol 10 persen untuk produk BBM.
"Ini kebijakan yang dilakukan untuk apa? Yang pertama adalah memanfaatkan hasil sumber daya alam mereka untuk mengurangi impor. Yang kedua adalah untuk melahirkan energi yang bersih," sambungnya.
Sedangkan untuk Indonesia, Bahlil mengatakan akan didorong mandatori untuk menggunakan E10 alias mencampur kandungan etanol 10 persen untuk setiap produk BBM. Tujuannya untuk menekan angka impor BBM yang selama ini menjadi momok bagi APBN.
Pada kesempatan itu, Bahlil juga membantah bahwa produk BBM dengan kandungan etanol kurang bagus digunakan untuk mesin kendaraan. Sebab beberapa negara yang disebut telah berhasil menggunakan etanol sebagai bahan bakar.
"Jadi sangatlah tidak benar kalau dibilang etanol itu tidak bagus. Buktinya di negara-negara lain sudah pakai barang ini. Mungkin yang tidak bagus itu yang mau impor, mau-mau mereka (importir) saja. Itu yang mereka anggap tidak bagus," kata Bahlil.
(Febrina Ratna Iskana)