sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bank Dunia Naikkan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
08/10/2024 14:39 WIB
Bank Dunia menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lima persen pada 2024 dan 5,1 persen di tahun selanjutnya.
Bank Dunia Naikkan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025. (Foto: MNC Media)
Bank Dunia Naikkan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank Dunia menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lima persen pada 2024 dan 5,1 persen di tahun selanjutnya.

Dalam Laporan World Bank East Asia and the Pacific Economic Update yang sebelumnya, ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 4,9 persen tahun ini dan lima persen pada 2025.

“Negara-negara di Kawasan Asia Timur dan Pasifik terus menjadi penggerak pertumbuhan perekonomian dunia,” kata Manuela V Ferro, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, dalam keterangan persnya pada Selasa (8/10/2024).

Fokus khusus di dalam laporan ini menelaah bagaimana negara-negara di kawasan Asia Timur fan Pasifik dapat memanfaatkan teknologi baru untuk terus menciptakan lapangan kerja bagi masyarakatnya. Robot industri, kecerdasan buatan (AI), maupun platform digital memengaruhi pasar kerja di kawasan ini.  

Antara tahun 2018-2022, adopsi robot membantu menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 2 juta (4,3 persen) pekerja formal yang memiliki keterampilan, disebabkan produktivitas yang lebih tinggi dan peningkatan skala produksi, dan juga dibutuhkannya berbagai keterampilan pelengkap. 

Akan tetapi, robot juga menggeser sekitar 1,4 juta (3,3 persen) pekerja formal yang memiliki keterampilan terbatas di negara-negara ASEAN-5.

Oleh karena pekerjaan berbasis manual masih mendominasi di kawasan Asia Timur dan Pasifik, maka hanya sebagian kecil jenis pekerjaan terancam oleh AI dibandingkan dengan di negara-negara maju. 

Akan tetapi, kawasan ini juga berada pada posisi kurang menguntungkan untuk dapat memanfaatkan produktivitas AI, karena hanya 10 persen dari pekerjaan membutuhkan kerja-kerja yang melengkapi AI – dibandingkan dengan 30 persen di negara-negara maju. (Wahyu Dwi Anggoro).

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement