sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Begini Strategi Pemerintah Genjot Ekonomi Kuartal II-2025

Economics editor Anggie Ariesta
06/05/2025 07:34 WIB
Kebijakan yang akan dikeluarkan berfokus pada peningkatan daya beli masyarakat, stimulus ekonomi, dorongan investasi, dan akselerasi belanja pemerintah.
Begini Strategi Pemerintah Genjot Ekonomi Kuartal II-2025 (FOTO:iNews Media Group)
Begini Strategi Pemerintah Genjot Ekonomi Kuartal II-2025 (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Pemerintah bergerak cepat menyusun strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kebijakan yang akan dikeluarkan berfokus pada peningkatan daya beli masyarakat, stimulus ekonomi, dorongan investasi, dan akselerasi belanja pemerintah.

"Mewaspadai kondisi tersebut, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada Kuartal II-2025 Pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang berfokus pada peningkatan daya beli, stimulus ekonomi, dorongan investasi, dan akselerasi belanja Pemerintah," tutur Menko Airlangga dalam siaran pers, Senin (5/5/2025).

Untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah akan menyalurkan bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kartu Sembako pada bulan Mei-Juni, serta mencairkan Gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). 

"Pencairan gaji ke-13 dan penyaluran bansos diharapkan memberikan stimulus bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong konsumsi rumah tangga," kata  Airlangga. 

Selain itu, insentif fiskal juga akan diberikan di sektor properti, otomotif, dan padat karya, sambil terus menjaga stabilisasi harga pangan.

Dalam upaya mendorong investasi, pemerintah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Perluasan Lapangan Kerja, menyederhanakan perizinan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Deregulasi, menyelesaikan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Bidang Usaha Penanaman Modal (BUPM), dan mengimplementasikan Kredit Investasi untuk Industri Padat Karya. Optimalisasi capital expenditure (Capex) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga menjadi bagian dari strategi ini.

"Kami berkomitmen terus memperbaiki iklim investasi melalui deregulasi dan penyederhanaan perizinan. Implementasi Kredit Investasi untuk Industri Padat Karya juga kami dorong untuk menciptakan lapangan kerja baru," katanya.

Akselerasi belanja pemerintah menjadi fokus utama dengan target penyerapan yang lebih tinggi dari siklus triwulanan, dengan harapan dapat mendorong multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga terus melakukan mitigasi risiko terkait potensi kebijakan Trump 2.0 dan memperluas pasar ekspor melalui negosiasi tarif dengan Amerika Serikat serta penyelesaian kerja sama Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU-CEPA).

"Bergabungnya Indonesia dengan BRICS serta aksesi ke OECD menunjukkan komitmen kita untuk memperkuat posisi di kancah ekonomi global. Ini akan mendukung transformasi ekonomi jangka panjang menuju Indonesia Maju," kata Airlangga.

Dia juga menyoroti ketahanan ekonomi Indonesia yang solid di tengah ketidakpastian global, dengan pertumbuhan 4,87 persen (year-on-year) pada kuartal I-2025. Capaian ini melampaui pertumbuhan negara tetangga di ASEAN seperti Singapura (3,8 persen), Malaysia (4,4 persen), serta negara maju G20 seperti Amerika Serikat (2,0 persen) dan Uni Eropa (1,2 persen).

"Pencapaian pertumbuhan 4,87 persen menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat. Meskipun menghadapi tantangan eksternal seperti fragmentasi geoekonomi dan kebijakan proteksionisme yang meningkat, ekonomi kita tetap tumbuh solid," ujarnya.

Airlangga mengatakan, konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan kontribusi 54,5 persen terhadap PDB dan pertumbuhan 4,89 persen. Ekspor juga tumbuh kuat sebesar 6,78 persen, didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas dan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara.

"Konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional. Kebijakan Pemerintah seperti pemberian THR, Bantuan Hari Raya, Program Mudik Gratis, dan diskon belanja terbukti mampu meningkatkan daya beli masyarakat selama Ramadan dan Lebaran," tuturnya.

Sektor Pertanian mencatatkan pertumbuhan tertinggi (10,52 persen), diikuti Sektor Jasa Lainnya (9,84 persen), dan Jasa Perusahaan (9,27 persen). Pertumbuhan tertinggi secara regional terjadi di Pulau Sulawesi (6,40 persen) dan Pulau Jawa (4,99 persen). Meskipun demikian, pemerintah tetap waspada terhadap risiko perlambatan ekonomi global.

"Kami juga terus mencermati dan mewaspadai risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang disampaikan oleh IMF bahwa ekonomi dunia pada 2025 diproyeksikan tumbuh melambat di angka 2,8 persen serta pelemahan angka PMI di Indonesia dan di berbagai negara bulan ini,” ujar Airlangga.

(kunthi fahmar sandy)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement