"Saya sudah bilang waktu itu, limpahan itu tidak boleh lebih dari 50 KM, kalau itu kejauhan, kalau orang dari Bandung ke Medan misalnya, ya dia milih ke Jakarta penerbangannya banyak, waktu itu," sambung Agus.
Agus menduga, Hal-hal tersebut terjadi didasari oleh studi awalnya yang kurang tepat sehingga proyek yang dijalankan mangkrak. Dirinya menyebut mangkrak terbagi menjadi dua, pertama bisa mangkrak tidak jadi, dan mangkrak sudah jadi tapi tidak beroperasi.
Sedangkan untuk LRT Jakarta, dirinya mengatakan ada kesalahan dari sisi pengadaan rel yang digunakan, sehingga rel LRT yang digunakan berbeda dengan rel Kereta Api pada umumnya sehingga diperlukan Depo baru untuk menampung LRT.
"Misalnya seperti kereta cepat, LRT Jabodebek, itu kan belum jalan juga, padahal sudah lama, untuk LRT saya sudah bilang, itu kan relnya berbeda dengan rel yang dipakai kereta api, karena rel lebar itu untuk kecepatan diatas 120 KM/Jam, ngapain pakai itu,"
Menurutnya penggunaan rel yang berbeda itu akan justru menambah biaya pembangunan seperti bikin stasiun baru, karena rel yang digunakan berbeda dengan kereta api pada umumnya