Konsumsi yang membaik, menurut Perry, akan didorong pula oleh perbaikan pertumbuhan kredit dan masifnya digitalisasi sistem pembayaran di Indonesia.
"Sementara itu, defisit transaksi berjalan Indonesia akan meningkat tahun ini, meski tetap rendah di antara 1,1 sampai 1,9%, sehingga masih akan menopang stabilitas eksternal bersama dengan cadangan devisa yang kuat," jelas Perry.
Maka dari itu, kondisi yang baik di dalam negeri tersebut akan menahan risiko yang datang dari global, seperti lonjakan inflasi negara-negara maju serta perubahan kebijakan beberapa bank sentral dunia.
"Tetapi inilah kehidupan, hidup penuh ketidakpastian sehingga terdapat beberapa tantangan yang harus kami antisipasi melalui respons untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, melayani masyarakat, tetapi tetap memberikan kesempatan bagi bisnis termasuk sistem keuangan," pungkas Perry.
(NDA)