Investor global, kata dia, juga akan mengalirkan dananya ke instrumen-instrumen investasi yang lebih berisiko dari sebelumnya ke safe haven asset. Dengan kondisi ini, instrumen yang memberikan imbal hasil (return) yang tinggi menjadi daya tarik.
Selain itu, aliran modal asing ke Indonesia juga mulai terasa, tercermin dari kurs rupiah yang terus menguat terhadap dolar AS seiring melemahnya greenback dan intervensi yang dilakukan BI untuk menstabilkan mata uang Garuda.
“Kami melakukan intervensi di pasar non-deliverable forward (NDF) di Hong Kong, Eropa, dan Amerika, serta pasar spot di dalam negeri secara terus-menerus selama 24 jam untuk menjaga stabilitas nilai tukar," kata Perry.
Kendati demikian, BI tetap mengingatkan pentingnya kewaspadaan. Ketidakpastian global, seperti kesepakatan dagang sementara antara AS dan China yang hanya berdurasi 90 hari, masih menjadi faktor risiko utama.
(Rahmat Fiansyah)