sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BI Prediksi Inflasi Kembali Meningkat Efek Lanjutan Harga BBM Naik

Economics editor Cahya Puteri Abdi Rabbi
03/10/2022 21:45 WIB
BI memprediksi Indeks Harga Konsumen (IHK) ke depan akan meningkat akibat dampak lanjutan dari naiknya harga bahan bakar minyak.
BI Prediksi Inflasi Kembali Meningkat Efek Lanjutan Harga BBM Naik (FOTO: MNC Media)
BI Prediksi Inflasi Kembali Meningkat Efek Lanjutan Harga BBM Naik (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) memprediksi Indeks Harga Konsumen (IHK) ke depan akan meningkat akibat dampak lanjutan dari naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Seperti diketahui, berdasarkan data BPS, IHK pada September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,17 persen secara bulanan atau month to month, setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,21 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan bahwa, inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga kelompok administered prices, di tengah penurunan inflasi inti dan deflasi pada kelompok volatile food. 

"Ke depan, tekanan inflasi IHK diprakirakan meningkat, akibat dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM bersubsidi, menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan, dan masih tingginya harga energi dan pangan global," kata Erwin dalam keterangan resminya, Senin (3/10/2022).

Erwin menyebut, perkembangan tersebut diprakirakan mendorong inflasi tahun 2022 melebihi batas atas sasaran 3,0±1 persen. Oleh karena itu, diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI, baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023. 

Di samping itu, BI terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), melalui peningkatan efektivitas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan.

Sebagai informasi, inflasi kelompok administered prices pada September 2022 mencatat peningkatan menjadi 6,18 persen secara bulanan dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,33 persen. 

Peningkatan tersebut utamanya dipengaruhi oleh first round effect dari penyesuaian harga BBM bersubsidi, seperti yang tercermin pada kenaikan inflasi bensin, angkutan dalam kota, solar, angkutan kota antarprovinsi, dan tarif kendaraan online.

Di sisi lain, inflasi inti pada Sepember 2022 terjaga sebesar 0,30 persen secara bulanan, menurun dibandingkan dengan inflasi Agustus 2022 yang sebesar 0,38 persen.

"Penurunan inflasi inti secara bulanan terutama dipengaruhi oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global, meski di tengah penyesuaian harga BBM," ujarnya.

Adapun, penurunan lebih lanjut tertahan oleh kenaikan kelompok pendidikan seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi. Secara tahunan, inflasi inti September 2022 tercatat 3,21 persen, meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,04 persen.

Sementara itu, kelompok volatile food pada September 2022 kembali mencatat deflasi sebesar 0,79 persen secara bulanan, setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 2,90 persen.

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi bawang merah, aneka cabai, dan minyak goreng sejalan dengan peningkatan pasokan seiring panen raya di daerah sentra produksi dan pasokan minyak goreng yang terjaga. Di sisi lain, komoditas beras mengalami inflasi seiring periode musim panen gadu di daerah sentra produksi. 

"Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 9,02 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 8,93 persen," kata Erwin. (RRD)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement