IDXChannel - Masa pandemi Covid-19 terbukti tidak mencegah upaya pemerintah untuk mempromosikan industri pariwisata tanah air. Hasilnya, sejumlah pemesanan tiket yang dilakukan calon turis belum dibatalkan sampai saat ini.
Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Nia Niscaya, mengklaim brand Wonderful Indonesia memiliki posisi yang baik di 2020. Terbukti secara Brand Recall Index posisinya mencapai 55% atau 5,2 yang lebih tinggi dari target awal sebesar 0,3 atau 30%.
"Jadi dengan melihat logo saja orang sudah tahu itu adalah Wonderful Indonesia," ujar Nia dalam webinar di Jakarta (4/3/2021).
Menurutnya ada beberapa strategi yang dilakukan untuk meningkatkan promosi pariwisata Indonesia. Mulai dari website management, marketing intelligent tools, hingga kampanye Indonesia Care dan #DiIndonesiaAja. Secara website management hasilnya terdapat 7,85 juta traffic pengunjung situs dan memberi lebih dari 25 ribu lebih leads ke mitra-mitra.
"Karena website kami membantu mulai dari edukasi destinasi, perencanaan trip perjalanan, lalu mereka bisa terhubung ke website mitra untuk melakukan pembelian paket tur," terangnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga menggunakan marketing intelligent tools dengan memanfaatkan big data. Tujuannya melihat persepsi pasar dari pembicaraan publik di sosmed.
Temuan utama adalah isu penanganan pandemi Covid-19 sangat berpengaruh. Hal ini bisa menjadi sentimen negatif yang merusak citra positif pariwisata Indonesia.
Dampaknya bisa menekan citra pariwisata nasional di bawah 50% karena dampak penanganan pandemi yang belum membaik.
"Kabar baiknya citra pariwisata Indonesia masih bagus di beberapa negara. Dari kerja sama terpadu dengan mitra-mitra di 9 negara, terdapat hampir 300 ribu pesanan trip yang tidak dibatalkan. Ini tandanya Indonesia masih dipercaya dunia internasional," katanya.
Kinerja pihaknya yang masih harus ditingkatkan yaitu dalam transaksi produk ekonomi kreatif (Ekraf) unggulan. Menurutnya transaksi penjualan yang tercatat hanya Rp792 miliar dari target
Rp890 miliar.
Sementara Kemenparekraf sudah berupaya keras melakukan strategi penjualan on boarding dan digitalisasi. "Sepertinya ini karena daya beli masyarakat yang lemah karena efek pandemi covid19," kilahnya. (TYO)