Desi Angriani
IDXChannel - Inggris memutuskan beralih menggunakan minyak bumi untuk menggerakkan pembangkit listriknya. Hal ini lantaran cadangan gas menyusut ketika badai besar musim dingin melanda.
Melansir Bloomberg, Minggu (25/22/2022) data ISO New England menunjukkan, sepertiga pembangkit listrik di enam wilayah bagian menggunakan 40% minyak bumi sebagai bahan bakar pembakit listrik dan 15% gas alam.
Wilayah tersebut biasanya menggunakan minyak bumi sebagai tenaga cadangan atau hanya saat hari-hari sangat panas atau sangat dingin dalam setahun.
Menuju jam sibuk, New England memperingatkan adanya kemungkinan pengurangan daya dan meminta para konsumen untuk secara sukarela menghemat listrik.
Operator kemudian mencoba membeli pasokan darurat dari pelaku pasar atau daerah tetangga. Situasinya sangat ketat sehingga harga melonjak menjadi lebih dari batas harga USD2.000 per megawatt-jam pada Sabtu malam. Kali ini minggu lalu, spot power berada di kisaran USD30.
Di sisi lain, operator juga berusaha mendapatkan pasokan darurat dari penjual atau wilayah tetangga. Situasinya rumit sehingga harga melonjak melebihi batas harga sebesar USD2.000 per megawatt-jam pada Sabtu malam. Seminggu yang lalu, spot power berada di kisaran USD30.
Sementara itu, New England hampir selalu beroperasi dengan pasokan yang ketat pada musim dingin. Namun dengan fakta minyak menggantikan gas, nuklir, dan hidro sebagai sumber termurah dan terbesar.
Penggunaan Minyak Bumi Menimbulkan Perdebatan
Penggunaan energi fosil yang kotor seperti minyak bumi untuk mencegah pemadaman listrik di Inggris menjadi isu lain yang diperdebatkan.
PJM Interconnections menjadi operator tenaga listrik di 13 negara bagian di timur Amerika Serikat (AS) dengan gas sebagai tenaga utama, namun menipisnya pasokan berkontribusi pada sejumlah besar pemadaman yang tidak terduga dan mendorong peringatan bergilir.
Bahan bakar fosil juga menjadi bagian penting di jaringan listrik negara bagian lain setelah penggunaan angin berkurang pada Jumat, Texas menggunakan gas sebanyak 73% sebagai pembangkit listrik dan batu bara sebagai pelengkap.
(DES/ Ahmad Fajar Rizki)
