OVO
Aplikasi pembayaran serbabisa, OVO, didirikan Lippo Group pada 25 September 2017. Di tahun 2018, OVO bekerja sama dengan Grab dan Tokopedia yang telah melakukan sekitar 1 miliar kali transaksi. Valuasi yang dimiliki OVO mencapai angka USD1 miliar. Berbagai sumber menyebut, nilai valuasi OVO bahkan menyentuh angka USD2,3 miliar pada Maret 2020.
OVO juga menjadi mitra pemerintah dalam menyalurkan insentif pra kerja bagi masyarakat. Hingga 4 Desember 2020, OVO sudah menyalurkan insentif kepada 1,66 juta peserta program. Nilai yang telah didistribusikan mencapai Rp3,4 triliun.
Bukalapak
Startup Indonesia lain yang juga meraih keuntungan adalah Bukalapak. Valuasi perusahaan e-commerce ini mencapai USD 1 miliar di tahun 2017 dan berhak menyandang status unicorn. Perusahaan ini didirikan pada 2010 oleh Nugroho Herucahyono, Fajrin Rasyid, dan Achmad Zaky.
Mengutip informasi yang tertera dalam laman resminya, Bukalapak sudah berhasil melayani lebih dari 6 juta pelapak, 5 juta mitra, dan 90 juta pengguna aktif per tahun 2017. Fokus dari Bukalapak adalah untuk memberdayakan UMKM di Indonesia.
J&T Express
Beriringan dengan meningkatnya minat masyarakat melakukan belanja secara daring, startup bidang logistik juga turut terkena imbas keuntungan, salah satunya J&T. Perusahaan ini menyandang status unicorn dengan nilai valuasi sangat besar, yakni USD7,9 miliar pada April 2021. J&T bermarkas di Jakarta dan resmi berdiri di tahun 2015.
J&T Express berencana untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO di bursa Hong Kong. Terakhir, berdasarkan data CB Insights, J&T Express telah memiliki valuasi senilai USD20 miliar, membuat startup ini berada di status decacorn.