Namun, permasalahannya, banyak sekali kekhawatiran bersama terkait tindakan yang diambil China. China sangat memajukan maritimnya, yang kemudian memicu faits accomplis. "Tindakan China mengganggu perairan teritorial, eksplorasi migas, konstruksi pulau buatan, mengusik kapal nelayan dan kapal pengintai sudah meresahkan. China terbiasa "action first-ism", bertindak dulu baru berdiplomasi," tegas Takahara.
Maka dari itu, Jepang tidak punya pilihan selain merespon kemajuan maritim China dan upayanya untuk mengubah status quo secara paksa. Selain meningkatkan budget untuk pasukan pertahanan militer dan penjaga pesisir, Jepang harus memperkuat aliansinya dengan AS dan jaringan aliansi, untuk membantu membangun kapasitas aliansu.
"Jepang juga harus terus bekerja sama melalui RCEP, anti pembajakan, lingkungan, perlindungan, anti penyelundupan obat-obatan terlarang, kesehatan dan sanitasi, pertukaran budaya, dan sebagainya. Indo-Pasifik juga harus menggunakan banyak waktu dan energi dalam koordinasi internal dan juga persuasi," pungkas Takahara. (RAMA)