Griffiths menggarisbawahi bahwa bagi 362 juta orang, penangguhan perjanjian oleh Rusia merupakan ancaman bagi masa depan mereka dan masa depan anak-anak serta keluarga mereka.
"Mereka tidak sedih, mereka marah dan khawatir. Sebagian dari mereka akan kelaparan, banyak yang mungkin mati akibat keputusan ini," ujar dia.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memulihkan kembali partisipasinya dalam kesepakatan dan meminta negara-negara Barat untuk mempertimbangkan tuntutan Rusia.
Rusia menolak memperpanjang masa perjanjian itu setelah 17 Juli 2023 dengan mengatakan "bagiannya dalam kesepakatan itu belum dilaksanakan".
Moskow mengacu pada penghapusan hambatan ekspor produk pupuknya, termasuk agar Bank Pertanian Rusia dimasukkan dalam sistem pembayaran internasional SWIFT.