Menurut Rahmad, lonjakan kasus yang gila-gilaan di Amerika tersebut disebabkan sejumlah hal seperti; anggapan bahwa Covid sudah mau menghilang sehingga perilaku warga Amerika jadi keblablasan. Kedua, menyusul turunnya kasus harian sehingga pemerintah setempat membuat pelonggaran-pelonggaran.
"Misalnya, libur musim panas diijinkan, mobilitas masyarakat pun meningkat. Akibat pelonggaran itu, ya saat ini publik Amerika dihadapkan kecemasan yang luar biasa,” tutur dia.
Rahmad melihat naik turunnya kasus Covid-19 di AS, kondisinya hampir mirip dengan yang terjadi di Indonesia. Ia menyebut, kasus harian Covid di Indonesia pada Juni lalu, juga sempat meningkat tajam. Rumah sakit penuh, hingga banyak pasien yang harus dirawat ditenda-tenda. Oksigen dan obat-obatan pun jadi langka.
“Nah, adanya peningkatan aktivitas dan mobilitas belakangan ini tidak boleh membuat kita abai’. Kita kita harus waspada, jangan sampai pelonggaran membuat kita abai prokes. Akibatnya bisa seperti di Amerika, terjadi lonjakan kasus yang signifikan sehingga ujung-ujungnya membahayakan fasilitas kesehatan," katanya.
Rahmad tak lupa mengimbau kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah, para tokoh masyarakat hingga petugas satgas Covid-19 ditingkat RT dan RW untuk saling mengingatkan bahwa Covid masih ada.