"Jadi intinya sekalipun rupiah mendekati level 16.000 namun perlu dipahami bahwa nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2023 yang lalu ditutup dilevel 15.397 per dollar," katanya.
"Artinya pelemahan rupiah tidak lebih dalam pelemahan yang terjadi pada tahun 1998 karena faktor fundemantal ekonomi Indonesia saat ini juga masih solid dan kuat," tutur Josua.
Josua menerangkan hal itu terindikasi dari pertumbuhan ekonomi yang solid, inflasi yang terkendali serta neraca perdagangan yang masih tercatat surplus dan Cadangan devisa yang masih dalam level yang solid.
Sebab katanya, yang terjadi saat ini adalah penguatan dollar AS terhadap mata uang dunia sehingga artinya bukan Rupiah satu-satunya mata uang yang melemah terhadap dollar. Oleh sebab itu, Josua berpendapat, pelemahan rupiah saat ini diperkirakan hanya akan sementara.
Menurutnya, pergerakan rupiah ke depannya masih akan didominasi oleh arah suku bunga AS yakni Fed Fund Rate yang memang masih dipertahankan namun terdapat kemungkinan suku bunga AS dipangkas pada semester II tahun 2024.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali ditutup di level Rp16.220 pada perdagangan hari ini, Rabu (17/4/2024). Mata uang Indonesia ini melemah bersama beberapa mata uang Asia lainnya.