Roy juga menyoroti dampak dari penurunan daya beli terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika tahun lalu pertumbuhan ekonomi kuartal kedua bisa sebesar 5,17, tahun ini diperkirakan hanya berada di kisaran 4,8-4,9 persen.
Pertumbuhan ritel pun tidak lagi mencapai double digit seperti tahun sebelumnya yang berada di angka 18-20 persen, melainkan hanya sekitar 8-9 persen.
"Pemerintah seharusnya mencermati indikator-indikator ini untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam mendorong konsumsi masyarakat," kata Roy.
(NIA DEVIYANA)