Pada GSEN, Kementerian ESDM memetakan rencana penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 38 GW, hingga tahun 2035, melalui upaya percepatan substitusi energi primer/final, konversi energi primer fosil, penambahan kapasitas EBT, dan pemanfaatan EBT non listrik/non BBN.
"Untuk mencapai target tersebut Pemerintah memprioritaskan pengembangan energi surya karena biaya investasinya yang sekarang semakin kompetitif, semakin murah, dan waktu pelaksanaannya bisa lebih cepat, dan memiliki sumber yang cukup banyak," tuturnya.
Dalam memprioritaskan pengembangan PLTS, Indonesia bertumpu pada tiga program yang tengah berjalan, yakni PLTS Rooftop, PLTS Skala Besar di area bekas tambang dan lahan non-produktif, serta PLTS Terapung.
"PLTS Atap kita memiliki banyak potensi, dari gedung pemerintah, bangunan dan fasilitas milik BUMN, industri dan bisnis rumah tangga. Kita mempunyai target di tahun 2030, kita harus sudah bisa memasang sampai 3,6 GW. Sementara untuk pengembangan PLTS Skala Besar, Pemerintah telah menetapkan target sebesar 5,34 GW," tandas Arifin.
Saat ini, Indonesia juga tengah membangun PLTS Terapung berkapasitas 145 MW di Waduk Cirata yang ditargetkan dapat beroperasi pada November 2022.