sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dirut Pertamina Singkap Alasan Bahan Bakar Fosil Masih Digunakan hingga 2060

Economics editor Suparjo Ramalan
02/10/2023 22:45 WIB
PT Pertamina (Persero) memastikan bahan bakar fosil masih tetap digunakan hingga 2060 mendatang.
Dirut Pertamina Singkap Alasan Bahan Bakar Fosil Masih Digunakan hingga 2060. (Foto MNC Media)
Dirut Pertamina Singkap Alasan Bahan Bakar Fosil Masih Digunakan hingga 2060. (Foto MNC Media)

IDXChannel - PT Pertamina (Persero) memastikan bahan bakar fosil masih tetap digunakan hingga 2060 mendatang. Sumber energi fosil yang dimaksud berupa minyak, gas, dan batu bara.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, porsi pemanfaatan sumber energi fosil berkurang hingga menjadi 40 persen di masa mendatang. Saat ini penggunaannya berada di kisaran 70-80 persen.

Menurutnya, selama masa transisi menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, bahan bakar emisi karbon masih tetap digunakan. Hal itu untuk memenuhi pasokan energi, khususnya di sektor kelistrikan. 

"Kenapa di 2060 kok masih ada minyak, masih ada gas, batu bara iya, porsinya tinggal 40 persen. Kalau hari ini kan porsinya 70-80 persen, itu akan berkurang menjadi 40 persen, masih ada? Iya masih ada," ujar Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Panitia Kerja Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (2/10/2023). 

Meski Pertamina konsisten mengurangi emisi karbon, Nicke menyebut pemanfaatan minyak, gas, hingga batu bara masih dilakukan karena perceraian harus memenuhi 80 miliar liter BBM setiap tahunnya. 

"Setiap tahun kita harus menyiapkan 80 juta KL atau 80 miliar liter, apa sumber energi terbarukan yang bisa menggantikan itu? Perlu waktu, ujungnya kita akan ke EBT, tapi kita perlu waktu, ini secara bertahap yang tidak mengorbankan kehandalan pasokan," ucapnya. 

Dalam periode transisi energi, lanjut Nicke, masih ada karbon positif, karbon netral dari EBT, ada karbon offsite berupa pemanfaatan teknologi pengurangan emisi seperti Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS). 

"Jadi ini pencapaian Net Zero, bukan zero, jadi masih ada produk yang emisi. Tapi ada yang karbon offsite-nya, sehingga secara total adalah net zero," kata dia. 

Pemerintah memang terus berusaha meningkatkan produksi migas demi memenuhi kebutuhan domestik. Di sisi lain, upaya untuk mengurangi emisi menuju NZE pada 2060 juga terus dilakukan. 

Untuk mencapai keseimbangan kedua hal tersebut, pemanfaatan teknologi pengurangan emisi seperti CCS/CCUS bisa menjadi solusi, mengingat CCUS mampu meningkatkan produksi migas melalui CO2-EOR atau EGR sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan.

Nicke menegaskan, bagi Indonesia, transisi energi bukan sekadar menurunkan karbon emisi semata. Tetapi bagaimana Indonesia bisa mandiri secara energi. 

"Makanya kenapa strategi kami yang kedua adalah mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang didirikan di Indonesia," tutur Nicke. 

"Kalau tidak begitu, kita hilangkan ini semua secara fosil energi, secara skala itu agak susah kita mencari penggantinya. Karena tadi dari segi listrik juga kebutuhannya besar, dari sisi BBM juga sama," lanjut dia.

(YNA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement