Dampak bagi Indonesia 2008 vs 2022
Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika sedikit banyak selalu berdampak bagi Indonesia. Jika melihat ke belakang, di saat krisis ekonomi AS 2008, juga berdampak pada kondisi inflasi di Indonesia.
Pada September 2008, inflasi bulanan mencapai angka 12,14, tertinggi sepanjang tahun. Dibandingkan dengan 2022, tingkat inflasi Indonesia masih terbilang lebih rendah dibanding kondisi tahun 2008.
Mengutip BI, imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008 di Indonesia. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen sampai dengan triwulan III-2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV-2008.
Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan.
Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Meski demikian, posisi Indonesia sendiri secara umum bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain. Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1 persen pada 2008. Sementara kondisi fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan juga cukup kuat untuk menahan terpaan krisis global.
Jika melihat kondisi saat ini, tingkat inflasi tahunan di AS melambat menjadi 8,5 persen per Juli 2022, setelah sebelumnya berada di rate tertinggi, 9,1 persen di bulan sebelumnya. Dalam merespons kondisi ini, The Fed juga menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali dengan total 225 basis poin menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Suku Bunga The Fed Sepanjang 2022
Sumber: Tradingeconomics
Inflasi tinggi umumnya diikuti oleh rezim suku bunga tinggi. Untuk itu BI juga ikut menaikkan suku bunga acuan di level 3,75 persen di Tanah Air. Di Indonesia, tekanan inflasi meningkat terutama karena tingginya harga komoditas pangan dan energi global.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam negeri per Juli 2022 tercatat sebesar 4,94 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35 persen (yoy). Kondisi ini harus tetap diwaspadai, terutama dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan.
Informasi saja, Biro Statistik Ketenagakerjaan AS akan merilis data inflasi AS per Agustus 2022 pada Selasa (13/9) malam waktu Indonesia. (ADF)